My Life Experience with COVID-19 – Part #2 [Self-Isolation]

Photo by cottonbro on Pexels.com

Ada 2 kesan berbeda selama 8 hari isolasi mandiri (isoman): istirahat yang produktif, tetapi merasa jadi mudah lelah.

Melanjutkan tulisan saya sebelumnya di bagian 1, saya juga ingin berbagi apa saja kegiatan saya selama menjalani isolasi mandiri (isoman). Sesuai dengan aturan dan informasi yang saya dapatkan, saya menjalani isoman setidaknya 5 (lima) hari, terhitung dari sehari setelah mendapatkan hasil tes. Setelah isoman, saya bisa melakukan tes PCR kembali (exit test), untuk menentukan apakah saya masih perlu isoman kembali (jika masih positif/bergejala) atau tidak (jika negatif). Bisa juga tidak melakukan exit test, jika isoman dijalani selama 10 hari, dan setelah itu tanda Pedulilindungi akan berubah menjadi hijau kembali. Jadi, saya menjalani isoman dari hari Sabtu, 26 Februari 2022 hingga hari Rabu, 2 Maret 2022, dengan catatan, dari hari Sabtu hingga Senin merupakan ‘long weekend‘ (karena Senin peringatan Isra Mi’raj), sedangkan hari Kamisnya itu libur lagi (Nyepi), jadi untungnya selama isoman itu lebih banyak libur dan lebih sedikit waktu izin di hari kerja.

Langkah-langkah yang dilakukan setelah mendapat hasil positif

Setelah mendapatkan hasil Covid-19 positif, apa yang harus dilakukan? Kalau saya, ada beberapa tindakan awal yang langsung saya lakukan, yaitu:

  • Menghubungi teman yang sempat kena positif juga beberapa hari sebelum saya kena. Alhamdulillaah saya mendapat informasi bahwa Kemenkes ada fasilitas untuk isoman, yaitu untuk konsultasi dan obat secara gratis, dapat dilihat melalui website https://isoman.kemkes.go.id. Bedanya, teman saya ini mendapatkan informasi melalui chat whatsapp, sedangkan saya tidak (saya baru dapat di hari Senin, atau 3 hari setelah saya dinyatakan Positif). Tapi, untungnya informasi ini juga sebenarnya bisa didapatkan melalui Notifikasi dalam aplikasi Peduli Lindungi (saya memang sempat skip tidak membaca, hehe).
  • Buka aplikasi Peduli Lindungi, tepatnya di notifikasi yang menunjukkan positif, untuk membaca lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan jika perlu isolasi mandiri. Disana ada informasi mengenai website Isoman Kemkes (poin 1 di atas), lalu klik saja karena di dalam website tersebut ada beberapa informasi yang bisa didapatkan, termasuk langkah-langkah yang perlu dilakukan, seperti:
    • Lakukan konsultasi dengan dokter melalui aplikasi Telemedicine (saya gunakan Halodoc saat itu), nanti masukkan kode voucher (dari website Isoman Kemkes) agar biaya konsultasinya menjadi gratis.
    • Nanti dokter akan memberikan resep obat, yang kalau dicek harganya bisa mahal (saya mendapat Paket B karena bergejala, dan harga seluruh obatnya bisa lebih dari 1 juta!). Jangan khawatir, download/schreenshot saja resepnya, lalu simpan.
    • Akses website Isoman Kemkes, masuk ke bagian Tebus Resep, lalu masukkan data Nama, NIK, file Resep yang sudah diunduh, serta alamat pengiriman. Setelah diajukan, tinggal tunggu saja dikirimkan obatnya, tanpa harus dibayar. Saya membutuhkan waktu sekitar 1 hari, saya pesan hari Jumat siang dan baru dapat sekitar hari Sabtu sore.
  • Kontak keluarga (istri dan orang tua) kalau terkonfirmasi positif, untuk dibantu menyiapkan ruangan dan perlengkapan, sehingga isolasi mandiri dapat dilakukan dengan aman. Untungnya saya sudah pisah kamar dari sehari sebelumnya, untuk mengurangi resiko penuaran, tapi istri dan anak saya masih di kamar sebelah. Setelah tahu saya positif, semua pindah ke lantai bawah (tidur di tengah rumah, ruang TV), sehingga lantai 2 khusus digunakan yang isoman saja.
  • Siap untuk isolasi mandiri. Buatlah kamar untuk isoman yang cukup nyaman untuk ditempati selama beberapa hari, layaknya hotel saja, biar tidak bosan. Perlengkapan yang minimum perlu disiapkan di kamar antara lain:
    • Peralatan makan (seperti sendok-garpu, untuk piring dan makanan diberi dari keluarga yang sehat, delivery dari lantai 1),
    • Peralatan cuci piring (mencuci alat makan di kamar mandi setelah makan),
    • Masker untuk 1 minggu,
    • Camilan dan buah-buahan (alhamdulillah dikasih dari orang tua),
    • Minuman air mineral botol literan sebanyak minimum 4 botol (biar nggak bulak balik mengisi dari dispenser),
    • Hand sanitizer dan disinfektan (botol semprot, kaleng, dan uap atomizer, semaksimal yang bisa disediakan saja),
    • Pakaian untuk beberapa hari, peralatan mandi (katanya sikat gigi sebaiknya dibuang/ganti setelah sembuh dari COVID-19),
    • Peralatan sholat dan ibadah,
    • Peralatan kerja,
    • Perlengkapan cek kesehatan (jika perlu), seperti oxymeter (saya bisa menggunakan smartwatch sendiri), termometer, oksigen jika memang ada riwayat asma/gejala sesak, dan obat/perlengkapan lain yang dapat membantu menyembuhkan.
    • Siapkan kuota internet juga jika sulit mendapat sinyal WiFi, juga TV kalau memang punya ya.
  • Setelah siap untuk isoman, lakukan hal-hal yang dapat dikerjakan selama isoman.

Pengalaman selama isoman

Selama masa isolasi mandiri, ada beberapa hal yang saya lakukan. Di hari pertama (Sabtu, 26 Feb), hampir seharian saya habiskan waktu untuk merapikan website sekalian menyusun tulisan. Website yang saya susun sudah lama tidak diaktifkan, dan memang menjadi salah satu target/resolusi saya tahun ini untuk dibereskan. Selain itu, saya juga menonton film Chernobyl 1986 di Netflix, berhubung sedang masa invasi Rusia ke Ukraina, sehingga saya penasaran dengan cerita Chernobyl tersebut.

Pada hari kedua (Minggu, 27 Feb), saya lebih banyak istirahat setelah seharian kemarin cukup produktif (membuat tulisan saja sih, hehe). Jadi sebagian dari hari kedua ini saya habiskan dengan menonton film All of Us are Dead, hingga selesai. Selain itu, saya lebih kepada tidur dan update berita terkini dari Televisi.

Di hari selanjutnya, yaitu hari ketiga (Senin, 28 Feb), saya melakukan beberapa hal yang sedikit berbeda. Saya merapikan memory HP yang sudah mau full, sekaligus mencicil pemindahan data agar bisa dipindahkan ke HP baru (ya, saya berencana membeli HP baru karena yang saat ini dipakai sudah cukup banyak masalah). Selain itu, hampir seharian saya habiskan untuk membuat Buku Penghargaan (Reward Book) utk Lumi dan Kin Kaysan, buku yang sudah lama direncanakan tetapi nggak pernah terealisasi, biar bisa digunakan oleh anak-anak lebih semangat dalam beraktivitas tanpa gawai serta lebih mandiri.

Memasuki bulan baru, yaitu di hari Selasa, 1 Maret (hari keempat), karena sudah mulai hari kerja, saya isi dengan Asistensi tugas (Tekpres AR), dari pagi hingga siang. Selain itu, saya juga mulai memikirkan masa depan sekolah lanjutan S3 dengan melakukan Diskusi mengenai topik yang baiknya saya kembangkan untuk proposal, dengan salah satu dosen senior (Pak Donny) dan rekan yang sudah mulai sekolah (Nissa Cacil). Alhamdulillaah, ada beberapa pencerahan dan semangat setelah melakukan diskusi, walaupun dorongan diri sendiri pun tetap diperlukan agar target bisa lebih cepat diselesaikan.

Di hari selanjutnya, yaitu Rabu, 2 Maret, saya mengisi sebagian hari dengan bekerja, yaitu rapat koordinasi untuk penilaian tugas Tekpres, serta persiapan rapat sebelumnya, dari pagi hingga sore hari. Selain itu, saya juga mencoba mulai mengatur Keuangan, berhubung sudah bulan baru dan perlu untuk menyiapkan biaya bulanan. Tak lupa di hari kelima isoman ini saya menyempatkan diri untuk menonton film Knives Out, yang selama ini membuat saya penasaran setelah membaca twitter Ernest Prakasa karena salah satu film terbarunya dibilang mirip dengan film Knives Out. (kenapa saya malah nggak tonton filmnya Koh Ernest ya? haha)

Pada hari Kamis, 3 Maret 2022, atau hari ke-6 isoman, akhirnya saya bisa berjemur di pagi hari, karena di hari-hari sebelumnya cuaca tidak pernah cerah di pagi harinya. Setelah berjemur, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja, yaitu mempersiapkan teknis ujian seleksi magister, serta membantu adik ipar merevisi desain fasade rumahnya (akhirnya bisa sempat menggunakan SketchUp lagi). Selain itu, saya juga menyempatkan diri untuk membuat daftar target sekolah/professor untuk mencari sekolah lanjut. Di hari keenam sebenarnya saya sudah menghabiskan obat antivirus (Fapivirapir) pada malam harinya, dan saya sudah melewati hari ke-5 sesuai standar isoman, sehingga sudah diperbolehkan untuk mengambil tes PCR kembali. Akan tetapi, saya memutuskan untuk melihat kondisi dari adik ipar saya yang positif juga, dimana akan tes kalau sudah tidak ada gejala dan siap untuk tes PCR, dan akhirnya diputuskan hari Jumat malam atau Sabtu pagi.

Hari ketujuh (Jumat, 4 Maret) merupakan hari yang cukup padat bagi saya, walaupun sebenarnya hari ‘kejepit’ di antara dua hari libur. Sebagian besar waktu dihabiskan dengan bekerja (koordinasi persiapan ujian seleksi, asistensi Tugas Akhir, Ujian Seleksi S2 AR, asistensi Tekpres) dari pagi hingga sore hari. Sedikit waktu saya sempatkan untuk merakit Lego di sore harinya, setelah itu saya lebih banyak istirahat. Mungkin karena cukup lelah setelah bekerja seharian. Tadinya mau tes PCR di sore/malam harinya, tetapi diundur jadi hari Sabtu pagi karena kami rasa sebaiknya tes PCR kembali di tempat yang sama saat tes sebelumnya agar dapat membandingkan hasil dengan rujukan yang sama, dan drive thru Halodoc hanya beroperasi dari jam 7 pagi hingga 3 sore.

Di hari terakhir isoman, yaitu hari Sabtu, 5 Maret, merupakan hari yang dinanti-nanti, sekaligus hari yang berat untuk ditinggalkan. Dinanti-nanti karena akhirnya saya bisa kembali tes dan kalau hasilnya positif bisa kembali berkumpul dengan keluarga, tetapi berat karena merasa sudah mulai nyaman dengan kondisi isoman, dan harus meninggalkan zona nyaman tersebut, hehehe (peace). Hari kedelapan ini dibuka dengan melakukan Exit Test di Halodoc (drive thru) jam 08.00 WIB sekalian berjemur (untungnya cuaca lagi bagus). Selain itu, saya mulai membersihkan/membereskan kamar, istirahat, menyelesaikan tulisan di Website ini, juga refreshing sesaat dengan menonton Hawkeye, film serial yang selalu tidak sempat untuk saya tonton.

Setelah seharian menunggu hasil tes, akhirnya keluar pada pukul 22.22 WIB, dengan hasil NEGATIF (alhamdulillaah). Berbeda dengan saat awal dapat positif, kali ini notifikasi pertama muncul dari Halodoc. Karena deg-degan, tidak langsung saya buka, tapi saya iseng membuka aplikasi Peduli Lindungi, dan langsung muncul warna hijau. Ternyata kalau kembali hijau, tidak ada notifikasi muncul di aplikasi Peduli Lindungi. Setelah itu saya buka aplikasi Halodoc, dan ternyata hasilnya kembali Negatif. Akhirnya masa isoman saya bisa dihentikan, tetapi saya baru bisa beres-beres dan berkumpul dengan yang lain di hari Minggu (06 Maret).

Pada intinya, ada beberapa kegiatan yang saya lakukan saat menjalani Isolasi mandiri, setidaknya untuk 8 (delapan) hari, yaitu:

  • Merapikan website dan membuat tulisan di dalamnya
  • Membuat buku Reward untuk anak-anak
  • Menonton beberapa film (1 film series dan 3 film movies)
  • Berjemur (dan minum se-‘abreg’ obat tentunya)
  • Merapikan keperluan pribadi (memory HP, keuangan, file dalam laptop/cloud, dsb)
  • Kerja, untuk hal-hal yang memang perlu dikerjakan

Ternyata, selain memulihkan penyakit covid, isolasi mandiri juga sebenarnya bisa membuat refreshing pikiran layaknya ‘me time’, membuat sedikit lebih produktif, mendekatkan yang selama ini sulit dikerjakan, mendorong introspeksi diri juga. Mungkin itu sebagian dari hikmah adanya virus corona ini. Di sisi lain, efek samping dari penyakit ini sejauh ini membuat badan lebih mudah lelah, walaupun saya masih belum bisa membedakan apakah memang mudah lelah karena penyakit Covid, atau karena terlalu lama duduk-tidur di kamar dan kurang exercise. Semoga saja karena terlalu lama di kamar.

Demikian cerita saya mengenai kegiatan selama saya isoman. Sebagian besar merupakan catatan cerita untuk dokumentasi saya saja, tetapi mungkin (semoga) ada sedikit hal/informasi yang bisa dibagikan dan membantu pembaca saat mengalami hal yang sama juga.

Part #3 – Rekam jejak swab test, Hikmah, serta Pelajaran yang dapat diambil

Part #4 – Galeri Foto-Dokumentasi selama Isoman

Leave a comment